Welcome to My blog

"Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan.(Imam Syafi’i)"

Rabu, 13 April 2016

Akuntansi Malangan: Salam Satu Jiwa dan Konsep Kinerja Klub Sepak Bola Oleh Iwan Triyuwono

Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk membangun konsep kinerja klub sepak bola dengan menggunakan budaya khas kota Malang, yaitu budaya basa walik-an, malangkuçeçwara, dan salam satu jiwa. Penelitian ini menggunakan paradigma spiritualis dan disain penelitian spiritualis untuk mencetak konsep kinerja. Melalui metode zikir, doa, dan tafakur, peneliti mendapatkan metafora bola sebagai alat untuk menganalisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep kinerja klub sepak bola berorientasi kepada titik terdalam spiritual manusia, yaitu takwa yang disimbolkan dengan titik pusat bola dengan nilai budaya “salam satu jiwa.” Orientasi ke dalam adalah refleksi dari basa walian yang membalik kepentingan materi ke kepentingan spiritual. Setiap pihak dapat menggunakan jalur profesinya masing-masing untuk masuk ke dalam titik Tuhan (takwa) melalui jalan kebenaran mental malangkucecwara sebagai jembatan penghubung antara titik kesejahteraan materi, sebagai bagian terluar dari bola, dengan titik Tuhan.
        
         Banyak peneliti yang mengembangkan konsep kinerja mulai dari yang paling sederhana, yaitu Return of Investment (ROI) sampai yang paling kompleks balanced scorecard. Konsep kinerja mempengaruhi perilaku dalam manajemen. Konsep-konsep ini hanya diterapkan untuk manajemen di sektor bisnis, tidak sampai ke sektor klub sepak bola di Indonesia. Di Indonesia kita ketahui bahwa manajemen klub sepak bolanya tidak se-profesional diluar negeri.
Penelitian sebelumnya, Wulandary (2012) memaknai pemain sepak bola merupakan asset non-keuangan, aktiva penggerak komersial dan aktiva sosio-ekonomis dalam manajemen. Kesimpulannya, pemain sepak bola adalah kunci utama bagi kinerja dan nama baik klub. Oleh karena itu, Burton & Chadwick (2014), Spieler et., al. (2007), Humara (2005), Niednagel (2004), dan Hyllegard et al. (2001) memberikan perhatian pada aspek pemain, mulai dari kateristik fisik, aspek psikologis, faktor lingkungan, sampai pada aspek branding. Bagi mereka, rekruitment pemain sepak bola merupakan titik krusial untuk kinerja dan nama baik klub di masa yang akan datang.
Penelitian ini mengangkat pertanyaan: bagaimana bentuk kinerja klub sepak bola dengan menggunakan budaya lokal Malang? Pertanyaan penelitian ini mendorong peneliti untuk menemukan dan merumuskan bentuk konsep kinerja klub sepak bola.

Metode
Penelitian ini, dalam upayanya mengontruksi konsep kinerja, menggunakan cara pandang spiritualis (spiritualist paradigm). Cara pandang ini sebetulnya menekankan pada keutuhan sebuah konsep, yaitu keutuhan aspek kemanusiaan, budaya, spiritualitas, dan ketuhanan. Oleh karena itu, sifat-sifat manusia, budaya lokal, dan keimanan pada Tuhan dalam penelitian ini menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Penelitian ini menganggap bahwa peneliti adalah alat utama untuk analisis data Sebagai alat utama, peneliti harus berzikir, berdoa, dan bertafakur sehingga dalam dirinya muncul sebuah alat untuk menganalisis data (Aman 2014; 2013)

Hasil Penelitian
Metafora ini tidak memiliki hierarchy. Semua bagian dari bola memiliki kesamaan. Dengan metafora ini beberapa data, yang berfungsi sebagai bahan, diracik sedemikian rupa untuk menghasilkan konsep kinerja. Bahan-bahan yang dimaksud di sini adalah basa wali’an Malang, budaya masyarakat Malang, dan budaya masyarakat sepak bola Malang.
1)      Metafora bola sebagai model analisis
Metafora bola dan basa wali-an membalik konsep kinerja modern, misalnya balanced scorecard (BSC) Seperti kita ketahui bahwa BSC tetap mempertahankan mengukuran keuangan tradisional (financial perspective). Kaplan & Norton 1996: 7) Pengembangan ke perspektif non-keuangan dilakukan dalam rangka mencapai tarjet laba yang ada dalam perspektif keuangan.
ROCE menjadi tujuan utama yang didorong oleh pelanggan. Loyalitas pelanggan sebetulnya banyak dipengaruhi oleh ketepatan waktu pengiriman barang dan jasa (on-timedelivery, OTD). OTD hanya bisa dilakukan jika proses bisnis internal yang meliputi kualitas proses (quality process) dan proses siklus waktu (cycle time process) dilakukan dengan baik. Proses bisnis internal dapat berjalan baik jika para pekerja memiliki keterampilan yang baik, yaitu melalui proses pelatihan dan peningkatan keterampilan (learning and growth perspective).

2) Bahasa walik-an: menarik bagian luar ke dalam.
Dengan menggunakan konsep basa walik-an tersebut, kita membalik sesuatu yang sifatnya eksternal dan materi (yaitu, laba sebagai tujuan puncak atau tujuan eksternal) ke sesuatu yang sifatnya internal dan spiritual. Jika konsep BSC menempatkan laba sebagai posisi puncak dari tujuan perusahaan (yang sifatnya eksternal dan materi), maka untuk konsep kinerja klub sepak bola ini tujuan yang sifatnya eksternal ditarik ke dalam dan konsekuensinya bersifat spiritual.

3) Malangkuçeçwara: tali penghubung yang materi dengan yang spiritual.
Nilai yang terkandung dalam kata malangkuçeçwara tersebut kita gunakan sebagai garis penghubung antara yang di luar dengan yang di dalam. Artinya, untuk menarik sesuatu yang di luar agar dapat masuk ke dalam hanya bisa dilakukan dengan cara menggunakan nilai-nilai kebenaran. Nilai-nilai kebenaran yang dimaksud di sini adalah mulai dari tataran fisik, mental, dan spiritual. Nilai pada tataran fisik adalah kesejahteraan pangan, papan, dan sandang sebagai kebutuhan dasar manusia. Pada tataran mental adalah nilai jujur, sabar, komitmen, disiplin, tekun, terbuka, dan lain-lainnya, sedangkan pada tingkat spiritual meliputi keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4) Para pihak (stakeholders) sebagai dimensi luar.
Kulit luar bola tersebut tidak lain adalah stakeholders (para pihak yang berkepentingan) dari klub sepak bola. Kemajuan dan kemunduran klub sepak bola memang tidak dapat lepas dari peran aktif para pihak. Para pihak dari klub sepak bola meliputi:


a.       Pemain,
b.      Pemilik,
c.       Pengelola,
d.      Pelatih,
e.       Pendukung (supporter), dan
f.       Pendonor


Bagi penelitian ini, manusia lebih penting dibanding dengan klub. Jadi, orientasi dari konstruksi konsep kinerja klub di sini menekankan pada arah destinasi kehidupan akhir manusia melalui profesi persepakbolaan. Konsep kinerja bermetafora bola ini memiliki enam dimensi, yaitu dimensi pemain, dimensi pemilik, dimensi pengelola, dimensi pelatih, dimensi penonton (supporter), dan dimensi pendonor. Masing-masing dimensi dijelaskan berikut di bawah ini.


Dimensi 1: pemain sebagai aktiva klub.
Nilai dari pemain terletak pada aspek materi, mental, dan bahkan spiritual meskipun yang terakhir ini jarang diperhatikan oleh orang sebagai bagian penting dari nilai aktiva pemain.
Dimensi 2: pemilik sebagai penyedia lapangan.
Pemilik dapat berbentuk orang pribadi atau dalam bentuk lembaga seperti yayasan. Pemilik menanamkan investasi ke dalam klub agar klub dapat hidup dan berkembang serta memberikan manfaat bagi masyarakat banyak. Jumlah investasi yang ditanamkan ke dalam klub dan keuntungan yang diharapkan oleh pemilik dapat dianggap sebagai titik materi yang berada pada kulit luar bola. Dari titik materi ini, kemudian dapat ditarik garis malangkuçeçwara menuju titik pusat bola. Sepanjang garis malangkuçeçwara terdapat titik-titik mental yang perlu ada dan dimiliki oleh pemilik. Titik-titik mental tersebut meliputi: pelihara, perhatian, keberlangsungan, tanggung-jawab, dan ikhlas.
Dimensi 3: pengelola sebagai pemelihara.
Pengelola mempunyai peran yang sangat penting dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki oleh klub agar dapat digunakan secara efisien untuk mencapai tujuan klub. pada lempeng materi ini kemudian ditarik garis jalan kebenaran malangkuçeçwara dalam bentuk: pelihara, perhatian, keberlangsungan, tanggung-jawab, kreasi, inovasi, ikhlas, dan ikhsan. Semua bagian ini merupakan modal karakter yang sangat penting dari pengelola. Keberadaan karakter tersebut merupakan energi yang sangat berarti bagi perkembangan dan prestasi klub.
Dimensi 4: pelatih sebagai pendidik.
Pelatih merupakan elemen penting bagi pengembangan karir dan prestasi pemain. Pelatih mempersembahkan pikiran, tenaga, dan waktu untuk melatih dan mendidik pemain agar pemain dapat menguatkan keterampilan dan bakatnya serta membuat klub berjaya dalam arena pertandingan. Sebagai imbalannya, pelatih mendapatkan materi dan fasilitas lainnya dari pengelola klub.
Dimensi 5: pendukung sebagai penyemangat.
Merekalah para pihak yang meramaikan sepak bola. Tanpa pendukung, pertandingan sepak bola menjadi tidak menarik. Penonton juga menjadi daya motivasi dan penyemangat bagi pemain untuk bermain sebaik mungkin dalam sebuah event pertandingan.
Dimensi 6: pendonor sebagai penyemarak.
Pendonor (sponsor) adalah pihak lain di luar klub yang memiliki kepentingan untuk mengiklankan produk yang ingin dipasarkan. Secara materi, pendonor adalah pihak penting yang ikut menyemarakkan event-event pertandingan sepak bola

Konsep kinerja berketuhanan. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa titik pusat bola adalah simbol tujuan akhir dari para pihak klub sepak bola. Menurut konsep ini para pihak yang berkepentingan dengan klub sepak bola merupakan bagian utama dan penting, karena mereka adalah sumber daya manusia yang dapat menentukan maju-mundurnya dan menentukan arah pengembangan klub sepak bola. Sebagai pihak yang memegang peranan penting, maka secara ideal para pihak klub sepak bola menjalani profesinya tidak sekedar memajukan dan menikmati estetika permainan sepak bola, tetapi juga menjadikan profesi persepakbolaan sebagai jalan menuju kepada Tuhan. Semakin tunduk dan patuh, maka semakin bertakwa dan mulia. Dengan metafora bola dan konsep basa wali-an, maka konsep kinerja yang biasanya berorientasi keluar (materi) kemudian dibalik dan diarahkan ke dalam (spiritual). Bagian luar bola dikonotasikan sebagai kulit luar yang sifatnya materi (seperti keinginan untuk mendapatkan laba maksimal, aktiva yang besar, dan akumulasi modal).

Simpulan
Para pihak yang terdiri dari pemain, pemilik, pengelola, pelatih, pendukung (supporter), dan pendonor merupakan unsur utama dalam bangunan konsep kinerja klub sepak bola. Oleh karena itu, konsep ini berorientasi pada model humanis yang dapat mendorong para pihak untuk terlibat aktif dalam memperoleh kesejahteraan materi, mental, dan spiritual. Capaian puncak, yang sebetulnya merupakan bagian terdalam dari diri manusia, adalah takwa.
Para pihak secara kondusif dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam hidupnya melalui peran dan fungsinya masing-masing dalam klub. Para pihak dapat berangkat dari titik capaian kesejahteraan materi untuk masuk ke tujuan terdalam, yaitu takwa sebagai kesejahteraan spiritual.

Referensi :
Triyuwono, I. 2015. Akuntansi Malangan: Salam Satu Jiwa dan Konsep Kinerja Klub Sepakbola. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol 6 No 2. pp 290-303.

Tidak ada komentar: