Oleh : Amanah Hijriah
Kebencian, siapapun tau jika tidak menyukai atau timbul perasaan yang tidak nyaman pada dirinya terhadap sesuatu bahkan mungkin ia sangat menghindarinya, bisa dipastikan ia benci akan hal itu.
Kebencian, siapapun tau jika tidak menyukai atau timbul perasaan yang tidak nyaman pada dirinya terhadap sesuatu bahkan mungkin ia sangat menghindarinya, bisa dipastikan ia benci akan hal itu.
Bagaimana dengan kasih sayang? Kebalikan dari
perasaan benci. Ia menyukai, ada perasaan bahagia disana dan bahkan ia
mencarinya. Ada kedamaian dan ketenangan.
Kebencian dan kasih sayang seharusnya
diletakkan pada tempat yang tepat. Kadangkala kita membenci suatu keadaan yang
tak sesuai dengan harapan, membenci seseorang karena alasan tertentu dan
membenci hidupnya sendiri, yang lagi-lagi tentang orang yang tidak bersyukur
dengan pemberian Tuhan. Adapun kebencian yang terjadi karena kebencian, bisa
dilihat pada dunia sekarang, terjadi banyak pembunuhan yang disebabkan karena
dendam, kebencian yang telah lama mengakar. Dunia yang dipenuhi dengan perang
akibat keserakahan, perebutan kekuasaan dan kebencian terhadap agama dan suku
tertentu.
Lalu salahkah perasaan benci? Sekali lagi,
ini soal dimana benci itu diletakkan.
Lihat Palestina yang terus dibombardir oleh Israel, tak pantaskah
kita membencinya?
Lihat kasus pembunuhan, seorang suami tega membunuh istri dan
anak-anaknya.
Lihat para oknum pemerintah yang sibuk berebut kekuasaan,
pelan-pelan membunuh rakyat, merampok dimana ia seharusnya mensejahterakan
orang banyak.
Lihat para kaum kapitalis yang menghalalkan segala cara untuk
menguntungkan dirinya, ia sebut itu perubahan dan menumbuhkan perekonomian,
namun tak peduli jika hutan beserta isinya, sungai beserta isinya, perkampungan
beserta isinya menjadi sesuatu yang harus dikorbankan.
Masih tak pantaskah kita untuk membenci?
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, hal-hal yang
dibenci Allah adalah : 1) Kekafiran dan kemusyrikan, 2) Tidak memenuhi
kewajiban-kewajiban sebagai hamba Allah dan menyangkal hari kiamat, 3)
Mengikuti pemimpin-pemimpin dari golongan orang-orang sesat lagi kafir dan menjalankan
prinsip-prinsip yang menyesatkan orang sehingga mereka berpaling dari agama
Allah yang diajarkan oleh para nabi, 4) Kemunafikan, dan 5) Kesombongan.
Kita patut membenci keburukan-keburukan itu.
Tak ada yang salah jika niat kita membenci karena itu yang Allah tak suka,
membenci karena ingin mencegah keburukan itu menjadi-jadi. Yang salah jika kita
membenci lalu membalas dengan cara yang keji pula.
Bagaimanapun juga, semua agama mengajarkan
untuk berkasih sayang kepada semua makhluk hidup. Baik ke sesama manusia, hewan
dan alam. Teladan paling ideal adalah Rasulullah. Tentu kita sedikit banyak tau
tentang beliau. Ia dibenci dikaumnya, banyak diantara mereka yang ingin
membunuh Rasulullah, melemparinya, bahkan anggota keluarga dan kerabat dekatnya
pun dibenci. Namun beliau mengajarkan dengan kasih sayang, peperangan adalah
jalan terakhir.
Kisah Kasih Sayang Rasulullah
Pernah suatu ketika
Rasulullah saw mendatangi kota Thoif untuk mengabarkan bahwa tiada Tuhan selain
Allah swt. Namun apa yang terjadi? Penduduk Thoif langsung saja melemparinya
dengan batu sebelum Rasulullah saw selesai menyampaikan risalahnya. Akibat
perbuatan penduduk Thoif tersebut, Rasulullah saw pun berlari dengan luka-luka
yang cukup parah, bahkan Rasulullah saw sampai harus kehilangan giginya karena
patah.
Mengetahui hal
tersebut, Malaikat Jibril pun segera turun dan menawarkan bantuan kepada
Rasulullah saw. Malaikat Jibril berkata, “Wahai kekasih Allah, apa yang kau
ingin aku lakukan terhadap mereka. Jika kau mau aku akan membalikkan tanah yang
menopang mereka sehingga mereka hilang tertelan bumi?”
Seandainya
Rasulullah saw menerima tawaran Malaikat Jibril untuk membalikkan tanah yang
menopang wilayah penduduk Thaoif, maka bereslah sudah kejahatan penduduk Thoif
tersebut. Namun sekali lagi, kelembutan hati dan besarnya rasa kasih sayang di
dalam hati Rasulullah saw kepada umatnya tidak mengizinkan hal tersebut.
Rasulullah saw tetap bersabar dan menerima perlakuan penduduk Thoif tanpa rasa
benci, kemudian beliau berkata kepada Malaikat Jibril:
“Jangan wahai
Jibril. Mereka melakukan itu karena mereka belum tahu. Mungkin hari ini mereka
menolak ajaranku, tapi aku berharap anak cucu mereka di kemudian hari akan
menjadi pengemban risalahku.”
Subhanallah, betapa
besar kasih sayang Rasulullah saw kepada umatnya, sampai-sampai ia pun tidak
mau menyakiti orang-orang yang telah menyakitinya, justru ia tetap mengharapkan
mereka agar suatu saat dapat berubah (beriman kepada Allah swt).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar