Welcome to My blog

"Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan.(Imam Syafi’i)"

Jumat, 01 April 2016

Review Jurnal Semiotika Laba Akuntansi : Studi Kritikal-Posmodernis Derridean oleh Riduwan, dkk.

Ringkasan oleh Amanah Hijriah

Menurut Belkaoui dalam Riduwan (2011) akuntansi dapat disebut sebagai sebuah bahasa, karena akuntansi memiliki karakteristik leksikal maupun gramatikal. Dengan karakteristik itu, akuntansi dapat diartikan sebagai seperangkat simbol bahasa atau representasi simbolik yang menunjuk pada suatu makna atau realitas tertentu. Salah satu dari simbol-simbol akuntansi adalah “laba”. Berbagai pendapat yang berbeda tentang relasi antara simbol laba dengan realitas referensialnya sebagaimana terungkap melalui kajian kritis-filosofis dari Macintosh et al. (2000) dan Mattessich (2003) tersebut, merefleksikan adanya peluang akan timbulnya perbedaan interpretasi laba akuntansi dalam sebuah ruang komunikasi.
Maka dari itu, penelitian ini bertujuan : 1) memahami penafsiran akuntan dan non-akuntan atas laba akuntansi; 2) melakukan pencarian makna (semiotika) secara dekonstruktif atas penafsiran laba akuntansi untuk mengungkap realitas yang tersembunyi di balik penafsiran tersebut.
Penelitian dengan paradigma kritis-posmodem dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi dan keyakinan dari teori kritis dalam memandang realitas sosial. Individu-individu yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri atas: (a) tiga orang akuntan - yang berprofesi sebagai akuntan pendidik, akuntan manajemen dan akuntan publik; dan (b) lima orang non-akuntan - yang berprofesi sebagai manajer keuangan, penasihat investasi, investor, dan analis kredit.
Pandangan Jacques Derrida adalah mencari sudut pandang alternatif yang cenderung disingkirkan oleh pandangan-pandangan yang dominan. Penelitian ini memaknai laba dari berbagai sudut pandang, yaitu:
A. Semiotika Penafsiran Laba Akuntansi sebagai Teks Tingkat Mikro
1.      Semiotika Laba pada Tataran Sintaktik (Struktur)

Laba = pendapatan dan biaya saling berkaitan dari hasil penandingan
2.      Semiotika Laba pada Tataran Semantik (laba akuntansi hasil perhitungan structural)
  • hasil usaha tunai;
  • kenaikan kemampuan ekonomik perusahaan;
  • label perubahan realitas ekonomik perusahaan.
3. Semiotika Laba pada Tataran Pragmatik (kebermanfaatan)
  • alat bantu untuk memahami realitas ekonomik;
  • dasar pengambilan keputusan keuangan; 
  • indikator likuiditas perusahaan.

B. Semiotika Penafsiran Laba Akuntansi sebagai Teks Tingkat Makro
Perbedaan Habitus Akuntan dan Non- Akuntan
Akuntan : laba akuntansi yang dikomunikasikan adalah representasi dari perubahan realitas ekonomik perusahaan tanpa mengkaitkannya secara langsung dengan aliran kas masuk neto pada periode pelaporan laba. 

Non-akuntan: sesuai dengan posisi, pengalaman, pengetahuan dan pemahaman mereka atas konsep akuntansi, non-akuntan memaknai laba akuntansi secara berbeda, misalnya sebagai: (a) aliran kas masuk neto saat ini, atau (b) aliran kas masuk neto saat ini dan masa depan.
1.      Praktik akuntan bersifat hegemonik (kepentingan tertentu)
2.      Praktik akuntansi berjalan dengan kesadaran semu (keputusan secara kolektif)
3.      Laba Akuntansi tidak memiliki kandungan informasi (artinya pesan tidak tersampaikan)

C. Semiotika Dekonstruksif Laba Akuntansi Perspektif Derriden
  1.  Laba Akuntansi adalah jejak
  2. Tidak ada realitas diluar teks laba akuntansi (hanya sebatas symbol dalam laporan)
·         Laba akuntansi hasil simulasi, bukan representasi realitas
·         Makna laba tidak melampaui kepentingan dan pengalaman
·         Akuntansi dan Realitas Sosial
      3. Laba akuntansi metafisika kehadiran (ada karena diadakan)
      4. Laba Akuntansi sebagai produk logosentris (logika atau rasio)


D. Kontribusi Penelitian
  1. Problema komunikasi informasi laba akuntansi dapat terletak pada (a) aspek readability, yaitu kesulitan memaknai laba karena kompleksitas realitas yang direpresentasikan; atau (b) aspek understandability, yaitu kemampuan pembaca untuk memahami laba yang dipengaruhi oleh karakteristik pembaca, baik dalam hal latar belakang, pengetahuan, pengalaman, kepentingan, tujuan membaca, serta kemampuan melakukan pembacaan secara umum. Penelitian ini membuka pemikiran bahwa pengguna tidak harus mengetahui bagaimana rerangka konseptual dan standar akuntansi diterapkan selama pemrosesan informasi laba.
  2. Penyusunan standar akuntansi perlu mempertimbangkan kepentingan dan kemampuan pengguna dalam memahami informasi laba beserta pos-pos penghasilan dan beban yang membentuknya.
  3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan “teori akuntansi” yang sudah ada (teori akuntansi normatif dan teori akuntansi positif).

Sumber Pustaka :
Riduwan, A., Triyuwono, I., Irianto, G., & Ludigdo, U. (2010). Semiotika Laba Akuntansi: Studi Kritikal-Postmodernis Derridean. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 7(1), 38–60.




Tidak ada komentar: