Ringkasan oleh Amanah Hijriah
Menurut Belkaoui dalam
Riduwan (2011) akuntansi dapat disebut sebagai sebuah bahasa, karena akuntansi
memiliki karakteristik leksikal maupun gramatikal. Dengan karakteristik itu, akuntansi
dapat diartikan sebagai seperangkat simbol bahasa atau representasi simbolik
yang menunjuk pada suatu makna atau realitas tertentu. Salah satu dari
simbol-simbol akuntansi adalah “laba”. Berbagai
pendapat yang berbeda tentang relasi antara simbol laba dengan realitas
referensialnya sebagaimana terungkap melalui kajian kritis-filosofis dari
Macintosh et al. (2000) dan Mattessich (2003) tersebut, merefleksikan adanya
peluang akan timbulnya perbedaan interpretasi laba akuntansi dalam sebuah ruang
komunikasi.
Maka dari itu,
penelitian ini bertujuan : 1) memahami penafsiran akuntan dan non-akuntan atas
laba akuntansi; 2) melakukan pencarian makna (semiotika) secara dekonstruktif
atas penafsiran laba akuntansi untuk mengungkap realitas yang tersembunyi di
balik penafsiran tersebut.
Penelitian dengan paradigma kritis-posmodem dilakukan berdasarkan
asumsi-asumsi dan keyakinan dari teori kritis dalam memandang realitas sosial. Individu-individu
yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri atas: (a) tiga orang akuntan
- yang berprofesi sebagai akuntan pendidik, akuntan manajemen dan akuntan publik;
dan (b) lima orang non-akuntan - yang berprofesi sebagai manajer keuangan,
penasihat investasi, investor, dan analis kredit.
Pandangan Jacques
Derrida adalah mencari sudut pandang alternatif yang cenderung disingkirkan
oleh pandangan-pandangan yang dominan. Penelitian ini memaknai laba dari
berbagai sudut pandang, yaitu:
A.
Semiotika Penafsiran Laba Akuntansi sebagai Teks Tingkat Mikro
1. Semiotika
Laba pada Tataran Sintaktik (Struktur)
Laba = pendapatan dan biaya saling berkaitan dari hasil penandingan
2.
Semiotika Laba pada Tataran Semantik
(laba akuntansi hasil perhitungan structural)
- hasil usaha tunai;
- kenaikan kemampuan ekonomik perusahaan;
- label perubahan realitas ekonomik perusahaan.
3. Semiotika
Laba pada Tataran Pragmatik (kebermanfaatan)
- alat bantu untuk memahami realitas ekonomik;
- dasar pengambilan keputusan keuangan;
- indikator likuiditas perusahaan.
B.
Semiotika Penafsiran Laba Akuntansi sebagai Teks Tingkat Makro
Perbedaan Habitus Akuntan dan Non-
Akuntan
Akuntan : laba akuntansi yang dikomunikasikan adalah representasi dari perubahan realitas ekonomik perusahaan tanpa mengkaitkannya secara langsung dengan aliran kas masuk neto pada periode pelaporan laba.
Non-akuntan: sesuai dengan posisi, pengalaman, pengetahuan dan pemahaman mereka atas konsep akuntansi, non-akuntan memaknai laba akuntansi secara berbeda, misalnya sebagai: (a) aliran kas masuk neto saat ini, atau (b) aliran kas masuk neto saat ini dan masa depan.
1. Praktik
akuntan bersifat hegemonik (kepentingan tertentu)
2. Praktik
akuntansi berjalan dengan kesadaran semu (keputusan secara kolektif)
3. Laba
Akuntansi tidak memiliki kandungan informasi (artinya pesan tidak tersampaikan)
C. Semiotika Dekonstruksif Laba Akuntansi Perspektif Derriden
- Laba Akuntansi adalah jejak
- Tidak ada realitas diluar teks laba akuntansi (hanya sebatas symbol dalam laporan)
·
Laba akuntansi hasil simulasi, bukan
representasi realitas
·
Makna laba tidak melampaui kepentingan
dan pengalaman
·
Akuntansi dan Realitas Sosial
4. Laba Akuntansi sebagai produk logosentris (logika atau rasio)
D.
Kontribusi Penelitian
- Problema komunikasi informasi laba akuntansi dapat terletak pada (a) aspek readability, yaitu kesulitan memaknai laba karena kompleksitas realitas yang direpresentasikan; atau (b) aspek understandability, yaitu kemampuan pembaca untuk memahami laba yang dipengaruhi oleh karakteristik pembaca, baik dalam hal latar belakang, pengetahuan, pengalaman, kepentingan, tujuan membaca, serta kemampuan melakukan pembacaan secara umum. Penelitian ini membuka pemikiran bahwa pengguna tidak harus mengetahui bagaimana rerangka konseptual dan standar akuntansi diterapkan selama pemrosesan informasi laba.
- Penyusunan standar akuntansi perlu mempertimbangkan kepentingan dan kemampuan pengguna dalam memahami informasi laba beserta pos-pos penghasilan dan beban yang membentuknya.
- Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan “teori akuntansi” yang sudah ada (teori akuntansi normatif dan teori akuntansi positif).
Sumber Pustaka :
Riduwan, A., Triyuwono, I., Irianto, G., & Ludigdo, U. (2010). Semiotika
Laba Akuntansi: Studi Kritikal-Postmodernis Derridean. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, 7(1), 38–60.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar