BAB
I
ETIKA
BISNIS, PERUBAHAN LINGKUNGAN, DAN STAKEHOLDER
Etika
Bisnis dan Mengubah Lingkungan
Lingkungan
Bisnis
Lingkungan bisnis
adalah seluruh kekuatan yang melingkungi dan mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan perusahaan. Kekuatan ini ada yang dapat dikontrol (controllable) dan tidak dapat dikontrol
(uncontrollable) oleh perusahaan.
Kekuatan yang dapat dikontrol oleh perusahaan adalah unsur-unsur yang ada di
dalam perusahaan itu sendiri, seperti penyediaan faktor produksi (modal, bahan
baku, tenaga kerja dan teknologi yang dipilih) dan aktivitas organisasi (produksi, personalia, keuangan dan
pemasaran). Sedangkan kekuatan yang tidak dapat dikontrol pada umumnya adalah
unsur-unsur yang berada di luar perusahaan, seperti politik negara, persaingan,
agen distribusi, kondisi ekonomi, ketentuan hukum dan perundang-undangan,
keuangan internasional, budaya penduduk dan lain-lain.
Dimensi lingkungan yang mempengaruhi industri, organisasi
dan pekerjaan menurut Joseph W. Weiss adalah sebagai berikut:
1.
Lingkungan
Ekonomi
Kondisi
ekonomi makro memberikan refleksi keseluruhan ekonomi dan dapat mempengaruhi
kinerja dan nilai bisnis. Kinerja kebanyakan bisnis sangat tergantung pada tiga
faktor ekonomi yaitu : Pertumbuhan Ekonomi, inflasi, suku bunga dan pertumbuhan
ekonomi.
2.
Lingkungan
Teknologi
Semua bisnis tentu membutuhkan
semua informasi yang sangat aktual, cepat dan dapat dipercaya, yang mana bisa
semua permasalahan tersebut hanya bisa diselesaikan melalui Teknologi Informasi
dan Komunikasi ( ICT ). Ketika perusahaan menggunakan teknologi, maka
kecepatan, skop, skala ekonomi dan efisiensi dapat ditingkatkan. Transaksi
melalui teknologi informasi membuat dunia seolah tanpa batas.
3.
Pemerintah
dan Lingkungan Bisnis yang Legal
Banyak perusahaan baru yang bermunculan
di dunia bisnis. Tetapi tidak semua dari perusahaan baru tersebut organisasi
bisnis yang legal, banyak diantaranya yang didirikan tidak sesuai aturan-aturan
yang sudah ditetapkan. Paradigma inilah yang mendasari pentingnya keberadaan
regulasi mengenai lingkungan legal bisnis yang dapat dijadikan literatur
nantinya dalam pengambilan kebijakaan, baik untuk perusahaan-perusahaan maupun
pemerintah dalam pemberian konsekuensi atas etik yang dilanggar.
4. Perlindungan
pemerintah dan regulasi terhadap bisnis. Baik untuk perusahaan, maupun
masyarakat umum.
5.
Demografi
Penduduk dan Lingkungan Sosial
Lingkungan
demografi dan sosial terus berubah sebagai nasional batas mengalami efek
globalisasi dan tenaga kerja menjadi lebih beragam. Ini adalah tantangan bagi perusahaan
untuk mengintegrasikan antara pekerja yang tua dan muda, yang berpendidikan
dengan yang tidak, yang mempunyai skill dalam tekbologi atau yang masih gagap
dalam menggunakan teknologi.
Pendekatan
Pengelolaan Stakeholder
Stakeholder merupakan
individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan
maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap
perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat dikatakan
sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik yaitu mempunyai kekuasaan,
legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan.
Etika bisnis sangat
penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat
keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Sistem
bisnis beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis, tanggungjawab
social, peraturan pemerintah dan perundangan saling berkaitan satu sama lain.
Stakeholder Etika dalam bisnis
diantaranya sebagai berikut:
a. Konsumen
b. Karyawan
c. Investor
penanam modal
d. Pemilik
dan manajemen
e. Pemasok
bahan-bahan
f. Organisasi
pekerja
|
g. Pemerintah
yang mengatur kelancaran aktivitas
usaha
h. Bank
penyandang dana perusahaan atau kreditur
i.
Investor penanam
modal
j.
Masyarakat
k. Kelompok
khusus atau mitra usaha
|
Pendekatan Stakeholder mulai menjawab
pertanyaan ini memungkinkan individu dan kelompok untuk mengartikulasikan
strategi kolaboratif, win-win strategi berdasarkan:
1. Mengidentifikasi
dan memprioritaskan masalah, ancaman, atau peluang
2. Pemetaan
siapa para pemangku kepentingan
3. Mengidentifikasi
taruhannya, kepentingan, dan sumber daya mereka
4. Menunjukkan
siapa anggota koalisi berada atau mungkin menjadi
5. Menunjukkan
apa yang masing-masing etika yang wajib dimiliki masing-masing stakeholder
6. Mengembangkan
strategi kolaboratif dan dialog dari "lebih tinggi tanah "perspektif
untuk memindahkan rencana dan interaksi dengan yang diinginkan penutupan bagi
semua pihak
Pengertian
Etika Bisnis
Weiss (2003) dalam bukunya yang berjudul
“Business Ethics : A Stake Holder And Issues Management Approach” mengatakan
bahwa etika bisnis menyatakan sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk,
keputusan dan aksi yang berbahaya atau yang menguntungkan.
Pertama adalah kata etika, Menurut
bahasa Yunani, kata etika berawal dari kata ethos yang memiliki arti sikap,
perasaan, akhlak, kebiasaan, watak. Sedangkan Magnis Suseno berpendapat bahwa
etika merupakan bukan suatu ajaran melainkan suatu ilmu. Kata kedua adalah
bisnis, yang diartikan sebagai suatu usaha. Jika kedua kata tersebut dipadukan,
yaitu etika bisnis maka dapat didefinisikan sebagai suatu tata cara yang
dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan berbisnis. Dimana dalam tata
cara tersebut mencakup segala macam aspek, baik dari individu, institusi,
kebijakan, serta perilaku berbisnis.
Mengapa
Etika Penting dalam Bisnis?
1. Finansial
dan ekonomi "Hal yang benar dilakukan oleh perusahaan perusahaan” yaitu membayar
pajak, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya, serta masyarakat, untuk
perusahaan dan pengusaha, bertindak secara legal dan etis berarti menghemat
miliaran dolar setiap tahun dalam gugatan, permukiman, dan pencurian.
2. Hubungan,
Reputasi, Moral, dan Produktivitas biaya untuk bisnis juga mencakup kerusakan
hubungan; merusak reputasi; penurunan produktivitas karyawan, kreativitas, dan
loyalitas; informasi tidak efektif mengalir ke seluruh organisasi; dan absensi.
perusahaan yang memiliki reputasi perilaku tidak etis dan tidak peduli terhadap
karyawan akan kesulitan saat merekrut dan mempertahankan profesionalitasnya.
3. Integritas,
Budaya, Komunikasi, dan Kebiasaan yang Baik Untuk bisnis pemimpin dan manajer,
mengelola etis juga berarti mengelola dengan integritas. Integritas dan etika
peduli dengan cara berikut: ada lebih fleksibilitas dan keseimbangan; nilai
telah berubah; dan organisasi yang menghargai karyawan baru lebih karena
demografi telah berubah. perubahan ini dijelaskan berikutnya.
4. Integritas
atau Perilaku Etis
Keterlibatan
lebih tinggi di organisasi di mana karyawan merasa mereka berbagi nilai yang
sama seperti majikan mereka. Memiliki tujuan bersama juga dapat meningkatkan
komitmen karyawan, terutama antara pekerja yang lebih tua.
Bekerja
untuk Perusahaan Terbaik
Majalah Fortune secara berkala mempublikasikan
100 perusahaan terbaik. Meskipun daftar perusahaan terus berubah, namun penting
bagi perusahaan lain untuk mencontoh karakteristik perusahaan terbaik tersebut.
Paling sering karakteristik yang disebutkan termasuk profit sharing, bonus, dan
moneter penghargaan.
Tingkatan
Etika Bisnis
Weiss (1995:9) mengutip pendapat
Carroll (1989) membahas lima tingkatan
etika bisnis, yaitu:
1. Tingkat
individual, menyangkut apakah seseorang akan berbohong mengenai rekening
pengeluaran, mengatakan rekan sejawat sedang sakit karena tidak ada di tempat
kerja, menerima suap, mengikuti saran teman sekerja sekalipun melampaui
perintah atasan. Jika masalah etis hanya terbatas pada tanggung jawab
individual, maka seseorang harus memeriksa motif dan standar etikanya sebelum
mengambil keputusan.
2. Tingkat
organisasional, masalah etis muncul apabila seseorang atau kelompok orang ditekan
untuk mengabaikan atau memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh sejawat demi
kepentingan keharmonisan perusahaan atau jika seorang karyawan disuruh
melakukan perbuatan yang tidak sah demi keuntungan unit kerjanya.
3. Tingkat
asosiasi, seorang akuntan, penasihat,dokter, dan konsultan manajer harus
melihat anggaran dasar atau kode etik organisasi profresinya sebagai pedoman
sebelum ia memberikan saran pada kliennya.
4. Tingkat
masyarakat, hukum, norma, kebiasaan dan tradisi menentukan perbuatan yang dapat
diterima secara sah. Ketentuan ini tidak mesti berlaku sama di semua negara.
Oleh karena itu, kita perlu berkonsultasi dengan orang atu badan yang dapat
dipercaya sebelum melakukan kegiatan bisnis di negara lain.
5. Tingkat
internasional, masalah-msalah etis menjadi lebih rumit untuk dipecahkan karena
faktor nilai-nilai dan budaya, politik dan agama ikut berperan. Oleh karena
itu, konstitusi, hukum, dan kebiasaan perlu dipahami dengan baik sebelum
seesorang mengambil keputusan.
Lima
Mitos dalam Etika Bisnis
Mitos
1: Etika adalah pribadi, urusan pribadi, bukan secara umum dan tidak penting
untuk diperdebatkan
Mitos ini menyatakan
bahwa etika individual didasarkan pada keyakinan pribadi atau agama, dan salah
satu yang memutuskan apa yang benar dan salah dalam privasi seseorang hati
nurani . Menyatakan bahwa etika terkait dengan isu-isu bisnis terutama soal
pilihan pribadi atau individu sama saja meremehkan peran, sikap dan perilaku
anggota dalam suatu organisasi.
Mitos
2: Bisnis dan Etika Jangan Digabungkan
Mitos yang populer ini
menyatakan bahwa praktek bisnis pada dasarnya amoral-tidak tentu
bermoral-karena bisnis beroperasi di pasar bebas. mitos ini juga menegaskan
bahwa manajemen berdasarkan ilmiah, bukan agama atau etika, prinsip-prinsip.
Mitos
3: Etika Bisnis adalah Relatif
Etika tidak hanya didasarkan pada
kebenaran yang absolut. Pernyataan ini bertentangan dengan pengalaman sehari-hari.
Misalnya, banyak masyarakat percaya dan
dipraktekkan perbudakan; Namun, pada individu kontemporer 'pengalaman,
perbudakan adalah salah secara moral. Pada
akhirnya, logika ini akan menyatakan bahwa tidak ada benar atau salah ada
terlepas dari individu atau prinsip-prinsip masyarakat.
Mitos
4: Bisnis yang baik Berarti Etika yang baik
Intinya adalah bahwa etika
bukanlah sesuatu ditambahkan ke operasi bisnis. "Etika yang baik berarti
bisnis yang baik." Ini lebih sejalan dengan pengamatan dari perusahaan
sukses yang beretika pertama dan juga menguntungkan. Akhirnya, "Apa yang terjadi jika etika harus dipertahankan
walaupun bukan yang terbaik untuk perusahaan? Apa yang terjadi ketika etika
yang baik tidak bisnis yang baik? "
Mitos
5: Informasi dan Komputasi Apakah Amoral?
Informasi tentang
individu dapat digunakan sebagai Intinya di sini adalah untuk berhati-hati sisi
gelap: penyalahgunaan informasi dan komputasi. implikasi etika yang hadir tapi
terselubung. Kebenaran dan akurasi harus dilindungi dan dijaga: "dusta,
ketidakakuratan, berbohong, menipu, disinformasi, informasi yang menyesatkan
semua keburukan dan musuh Informasi Usia, karena mereka merusak itu. Penipuan,
keliru, dan kepalsuan adalah bertentangan dengan semua dari mereka. "
Mengapa
Menggunakan Penalaran Etika dalam Bisnis?
Pertimbangan etis diperlukan dalam bisnis
untuk setidaknya tiga alasan.
1. Pertama,
banyak kali hukum tidak mencakup semua aspek atau "daerah abu-abu"
dari masalah.
2. Kedua,
pasar bebas dan diatur-mekanisme pasar tidak efektif menginformasikan pemilik
dan manajer bagaimana menanggapi isu-isu kompleks yang memiliki jauh
konsekuensi etis.
3. Argumen
ketiga menyatakan bahwa pertimbangan etis diperlukan karena masalah moral yang
kompleks membutuhkan "pemahaman intuitif atau belajar dan kepedulian
keadilan, keadilan, [dan] proses karena orang, kelompok, dan masyarakat. "
DAPATKAH
ETIKA BISNIS DIAJARKAN DAN DILATIH?
Kursus dan pelatihan etika dapat dilakukan dengan cara berikut:
1.
Ciptakan
kepercayaan perusahaan. Pengusaha menciptakan norma atau kepercayaan dan
tanggung jawab etikanya.
2.
Kembangkan kode
etik. Membuat pernyataan tertulis mengenai standar prilaku dan prinsip etis
atau di kenal dengan dengan kode etik.
3.
Menjalankan kode
etik secara adil dan konsisten. Pihak manajemen harus menjalankan perilaku etis
setiap hari dan manajer wajib memberikan hukuman apabila ada yang melanggar kode
etik tersebut.
4.
Mempekerjakan
orang yang tepat. Perilaku etis yang diharapkan tergantung perseorangan yang di
sertai nilai moral yang tinggi membantu pencapaian perilaku yang etis.
5.
Adakan pelatihan
etika. Membangun dan mempertahankan standar etika. Program pelatihan akan
menimbulkan kepedulian perilaku etis dan meningkatkan sistem nilai perusahaan.
6.
Lakukan audit
etika secara periodik. Melakukan penilaian secara periodik terhadap pelaksanaan
etika perusahaan.
7.
Pertahankan
standar yang tinggi tentang tingkah laku etis
8.
Pemimpin
memberikan contoh perilaku etis setiap saat sehingga merupakan tolak ukur
perilaku bawahan.
9.
Ciptakan budaya
yang menekankan komunikasi dua arah.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar
etika. Bawahan dilibatkan dalam perancangan dan implementasi etika dalam
perusahaan. Bawahan diberikan kesempatan untuk menawarkan umpan balik mengenai
standar etika yang ditetapkan.
BAB
2
STAKEHOLDER
DAN PENDEKATAN ISU-ISU MANAJEMEN
Pendekatan manajemen
stakeholder dapat didefinisikan sebagai cara mengamati dan menjelaskan secara
analisis bagaimana berbagai unsur dipengaruhi dan mempengaruhi: keputusan dan
tindakan bisnis. Pendekatan ini memetakan hubungan – hubungan yang terjalin
dalam kegiatan bisnis, umumnya memperlihatkan siapa saja yang memiliki
kepentingan, terkait dan terlibat dalam kegiatan bisnis.
Suatu dasar pemikiran
adalah semua pihak yang berkepentingan dalam suatu kegiatan bisnis terlibat
didalamnya karena ingin memperoleh keuntunga, maka hak dan kepentingan mereka
harus dipenuhi dan dijamin. Yang menjadi daya tarik adalah stakeholder sama
dengan prinsip no barm, pendekatan ini pun memperlihatkan secara tepat bahwa
pendekatan ini pada akhirnya ditempuh demi kepentingan perusahaan yang
bersangkutan. Dua kelompok stakeholder yaitu kelompok primer dan kelompok
sekunder. Kelompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham, kreditur,
pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau rekanan. Kelompok sekunder terdiri
dari pemerintah setempat, pemerintah asing, kolompok sosial, media masa, dan
kelompok lainnya.
Pendekatan stakeholder
merupakan cara yang pragmatis dalam mendefinisikan dan memahami beberapa
pesaing dalam hal politik, sosial, hokum ekonomi dan moral pada banyak
konstitusi. Sebelumnya perlu dilakukan analisis stakeholder, Analisis
stakeholder merupakan suatu metode analisis dimana tidak ada prinsip-prinsip
etika yang ditentukan atau aturan tanggung jawab yang menjadi serangkaian
langkah-langkah yang ditujukan agar:
1.
Membuat daftar kategori stakeholder
2.
Membuat daftar stakeholder yang
bekerjasama
3.
Menilai sifat masing-masing stakeholder
yang berpengaruh
4.
Menilai sifat masing-masing stakeholder
yang kuat
5.
Membangun matriks prioritas stakeholder
6.
Mengembangkan strategi dan taktik khusus
7.
Memantau pergantian pihak yang
bekerjasama
Salah satu tujuan dari
analisis stakeholder adalah untuk mengelola stakeholder serta menjadi alat
bantu untuk membantu mengidentifikasikan dan membuat pengelompokan serta
memformulasikan keterlibatan mereka secara optimal.
Tanggungjawab moral merupakan wilayah
professional sebagai salah satu fungsional yang tujuannnya adalah untuk
menganalisis stakeholder serta mendorong dan mempersiapkan para manajer
organisasi agar dapat mengartikulasikan tanggung jawab moral mereka sendiri
serta tanggung jawab perusahaan terhadap bagian mereka yang berbeda. Analisis
stakeholder memfokuskan pada perhatian organisasi dan pengambilan keputusan
moral pada proses peristiwa eksternal. Yang menjadi bidang fungsional dan ahli
meliputi :
1.
pemasaran
2.
penelitian dan pembangunan
3.
pabrik
4.
hubungan masyarakat
5.
manajemen sumber daya manusia
Tiga pendekatan isu
umum sebagai kerangka kerja dan dua metode manajemen krisis yang digunakan
untuk pemetaan dan mengelola masalah sebelum dan sesudah terjadinya krisis
dalam suatu perusahaan.
1.
6 – langkah manajemen isu, merupakan
pendekatan sederhana yang digunakan suatu perusahaan dalam suatu organisasi
untuk memahami, mengelola dan mengendalikan lingkungn internal mereka, langkah
langkah dalam pendekatan ini diantaranya :
a. melihat
dan mengidentifikasi isu- isu lingkungan
b. menganalisis
masalah
c. memberi
prioritas dan peringkat pada setiap isu
d. menyusun
strategi
e. menanggapi
masalah dan mengimplemnatsikan
f. evaluasi
dan memonitoring isu
2.
7 – tahap proses pengembangan isu, dalam
pendekatan ini isu diyakini memiliki siklus perkembangan, tahap siklus ini
disarankan untuk melacak masalah:
a. timbulnya
rasa kebutuhan
b. pengembangan
dari luputan media
c. kepentingan
terhadao kemajuan dan pembangunan yang momentum
d. kebijakan
yang diadopsi oleh politik terkemuka
e. pemerintah
federal memberikan perhatian pada masalah tersebut
f. isu
berkembang menajdi kebijakan dan peraturan perundang-undangan
g. isu
dan kebijakan masukan litigasi
3.
4 – Tahap issue life cycle, merupakan isu
– isu berkembang dari harapan sosial control sosial melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. harapan
sosial
b. isu-isu
politik
c. perundang-undangan
d. control
sosial
4.
Pendekatan sebelum krisis, dalam model
initerdapat empat tahap terjadinya sebelum krisis :
a. prodromal,
yaitu tahap peringatan
b. akut,
tahap dimana kerusakan telah dilakukan
c. kronis,
fase penyelesaian
d. terselesaikan,
tahap krisis manajemen
5.
Pendekatan melalui akomodasi, lima fase
respon sosial perusahaan terhadap krisis yang berkaitan dengan produk yang
tidak aman, atau maanjemen krisis produk meliputi.
a. reaksi,
dimana krisis telah terjadi
b. pertahanan,
perusahaan mengalami kewalahan atas perhatin public
c. wawasan,
waktu dimana sudah mengalami puncaknya
d. akomodasi,
mengatasi tekanan dari publik
e. agen,
perusahan berusaha untuk memahami penyebabnya
DAFTAR
PUSTAKA
Weiss, Joseph W. 2009. Business Ethics. South Western, Cengage Learning : USA
Nugroho, Anton Budhi. 2015. Memahami Etika Bisnis dalam
Konteks Pemasaran, Periklanan, dan Keamanan Produk (Tinjauan Kritis Terhadap
Fenomena Di Lapangan. https://konsultankti.wordpress.com/2015/09/30/memahami-etika-bisnis-dalam-konteks-pemasaran-periklanan-dan-keamanan-produk-tinjauan-kritis-terhadap-fenomena-di-lapangan/.
Dilihat pada 09 Maret 2016.
Irwinsyah. 2013. Etika Bisnis yang Harus dimiliki
Perusahaan. https://aldiirwinsyah.wordpress.
com/2013/01/21/etika-bisnis-yang-harus-dimiliki-perusahaan/. Dilihat pada 09
Maret 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar