Welcome to My blog

"Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan.(Imam Syafi’i)"

Rabu, 13 April 2016

Pengkhianatan dan Kesetiaan

Oleh : Amanah Hijriah

Banyak kisah yang kita temui mengenai kesetiaan dan pengkhianatan. Sewaktu saya browsing untuk mencari beberapa inspirasi, hal yang banyak saya temukan adalah kesetiaan antara seseorang dan kekasihnya, dimana salah satu pihak berusaha mencoba untuk mempertahankan hubungan dan setia kepada kekasihnya, namun pihak yang lain tidak melakukan hal yang sama. Beberapa alasan yang saya temui adalah, 1) karena kekurangan pihak yang dikhianati, entah karena sifat, materi atau fisik, 2) karena ketidakpuasan salah satu pihak, dalam hal ini ia tidak menghargai cinta yang ia miliki, 3) karena hadirnya orang ketiga.

Siapa yang tidak sedih jika dikhianati. Nasihat yang bijak mengatakan, “dikhianati adalah pelajaran agar kau mampu menjadi orang yang setia dan menghargai kesetiaan orang lain, karena kau tau bagaimana rasanya dikhianati. Bukankah jika ingin diperlakukan yang baik, maka perlakukanlah orang lain sebaik yang kau inginkan.”

Terkadang orang menyikapi pengkhianatan tidak untuk belajar dari pengalaman. Ada yang bertekad untuk membalas, yang ia anggap itu hukum karma. Ada yang sedih meratapi, mengasihani diri sendiri. Bahkan ada yang merasa tidak lagi dicintai dan mengakhiri hidupnya. Ini kisah nyata yang terjadi di kota saya bahwa seorang remaja SMA bunuh diri karena diputuskan oleh kekasihnya dan ia mengetahui mantan kekasihnya itu dekat dengan orang lain setelah mereka berpisah. Kadang pikiran seseorang terlalu dangkal. Padahal masih banyak yang mencintainya, keluarganya, teman-temannya dan kerabat-kerabatnya.
Ada juga karena ia dikhianati kekasihnya, ia merasa harga dirinya dilukai. Hal itu seolah menjadi pecut bagi dirinya untuk maju dan berkembang. Dendam dalam hal positif. Ia membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi lebih baik walau tanpa kekasih yang mengkhianatinya dan kelak mantan kekasihnya itu akan menyesal.


Dan yang terakhir, adalah orang yang ikhlas. Mungkin awalnya ia merasa sedih, terluka. Namun ia segera menyadari bahwa dengan dikhianati dan mengakhiri hubungannya berarti ia membebaskan orang yang dicintainya untuk bahagia walaupun tidak bersamanya. Tidak ada dendam disana, tidak juga ingin membuktikan bahwa ia jauh lebih pantas. Ia kembalikan semuanya pada takdir, kehendak-Nya bahwa orang yang dicintainya memang bukan untuknya.

Cerita tentang kesetiaan ini panjang sekali. Saya tidak berusaha untuk mengkotak-kotakkan kesetiaan hanya terbatas pada cinta antara satu individu dengan individu lainnya. Oleh karenanya, saya akan ceritakan beberapa hal lain mengenai kesetiaan.

 Kesetiaan dan pengkhianatan juga bercerita tentang rakyat bangsa yang menghargai dan setia pada nilai-nilai negerinya. Ia membangun, berusaha memberi kontribusi melalui pemikiran-ppemikirannya dan melakukan aksi nyata untuk menjaga, melestarikan dan mengharumkan nama bangsanya. Namun ada juga yang rela berkhianat. Banyak sekali cerita tentang pengkhianatan ini, ada yang dilakukan sendirian, ada juga yang melakukannya secara berjamaah. Menjarah, merampok dan mengolok-olok bangsanya sendiri. Berperilaku amoral, bangga mengadopsi budaya luar yang seringkali bertentangan dengan budaya baik bangsa. Bangga berbelanja dan mengkonsumsi produk impor. Mungkin tak selalu, namun terkadang tak sadar.

Kesetiaan dan pengkhianatan juga bercerita tentang,
hamba kepada Tuhannya,
rakyat kepada bangsanya,
bawahan kepada atasannya,
pemimpin kepada rakyatnya,
anak-anak kepada mimpi-mimpi orang tuanya,
seseorang yang mengkhianati dirinya sendiri.

Allah berfirman :

“ Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad ) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui  (Al Anfaal : 27)

“Dan jika kamu khawatir terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur ., sungguh Allah tidak menyukai orang  yang berkhianat ” (Al Anfaal ’58)

“ Dan janganlah kamu berdebat untuk membela orang –orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa (an Nisaa; 107)


Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar: