Welcome to My blog

"Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan.(Imam Syafi’i)"

Kamis, 22 Mei 2014

MAHASISWA DI BULAN MEI

Oleh : Amanah Hijriah

 

TRAGEDI TRISAKTI
Krisis finansial atau yang dikenal dengan krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997-1998. Pada tanggal 12 Mei 1998, mahasiswa Trisakti mengadakan aksi demonstrasi menuntut pengunduran diri Presiden Suharto yang merupakan presiden kedua Indonesia dan telah berkuasa selama 32 tahun.
Beberapa hal yang menjadi penyebab tuntutan massa pada saat itu antara lain mengenai; 1) kebijakan yang tidak lagi sesuai dengan Pancasila dan UU, 2) kesenjangan sosial dan pembangunan antar daerah, terutama kesenjangan pembangunan antara pulau Jawa (khususnya Jakarta) dengan daerah-daerah provinsi lain, 3) sistem pemerintahan yang bersifat otoriter, 4) sepanjang pemerintahan tersebut, dianggap rezim terkorup sepanjang sejarah yaitu US$15-35 milyar, 5) krisis moneter pada tahun 1997-1998.
Aksi demonstrasi pada tanggal 12 Mei 1998 berlangsung secara besar-besaran. Awalnya Mahasiswa melakukan aksi damai ke Gedung Nusantara, namun diblokade oleh pihak aparat. Mahasiswa lalu melakukan negosiasi dengan pihak aparat tersebut dan menjelang sore mahasiswa bergerak mundur.
Beberapa saat kemudian pihak aparat maju dan mengeluarkan senjata diantaranya senapan serbu (SS-1), Styer, gas air mata, kendaraan bermotor, gas air mata dan lengkap dengan tameng.
Mahasiswa panik dan berlari berhamburan. Sebagian besar dari mereka bersembunyi ke Kampus Trisakti. Namun sebagian yang lain menjadi korban dari penembakan dan penyerangan dari pihak aparat. Mahasiswa yang tertangkap dipukul dan ditendang ditempat, lalu dibiarkan tergeletak ditengah jalan. Mahasiswi juga tak lepas menjadi korban pelecehan seksual.
Puncaknya empat orang mahasiswa menjadi korban aksi penembakan dari pihak aparat tersebut, diantaranya yaitu  Elang Mulia Lesmana (1978 - 1998), Heri Hertanto (1977 - 1998), Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998). Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.


21 Mei 1998
Tragedi Trisakti tersebut memicu terjadinya kerusuhan dan kemarahan warga, khususnya didaerah Ibukota dan beberapa daerah lainnya. Tragedi tersebut juga memicu mahasiswa seluruh daerah untuk lebih solidaritas dan menguatkan tuntutan terhadap mundurnya Presiden Suharto dari jabatannya.
Ribuan mahasiswa dari berbagai daerah seluruh Indonesia bersatu melakukan demonstrasi secara serentak. Mahasiswa menyampaikan orasinya. Keberanian dan semangat mahasiswa pada saat itu membawa perubahan hingga pada tanggal 21 Mei 1998, presiden Suharto resmi melepaskan jabatannya sebagai presiden.





Kondisi Mahasiswa Sekarang
Apakah semangat mahasiswa masih terpatri dalam jiwa ini? Masih adakah rasa peduli mahasiswa terhadap lingkungan sosial mereka? Apakah ada sebagian dari kita yang lebih memilih tutup mata, tutup telinga, bersikap apatis terhadap lingkungan sosial yang terjadi saat ini? Apakah sebagian dari kita lebih memilih jalan-jalan di mall, menghabiskan uang beasiswa atau bermain game? Kemanakah mahasiswa yang disebut sebagai social control, agen of change dan iron stock ?
Mahasiswa disebut sebagai social control dalam masyarakat, itu artinya mahasiswa mempunyai peranan penting dalam melakukan kontrol dan stabilitas kondisi masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga disebut sebagai agen perubahan. Perubahan tidak harus dalam bentuk demonstrasi atau sampai ke hal anarkis, namun lakukan perubahan dengan hal-hal yang kreatif. Maksimalkan kontribusi terhadap lingkungan kampus, diri sendiri dan masyarakat melalui ide-ide kreatif, karya-karya dan kegiatan pencerdasan. Mahasiswa adalah generasi pengubah, bukan generasi penerus. Mahasiswa yang mempunyai kualitas yang terbaik, akan menjadi calon pemimpin bangsa ini di masa depan (iron stock).
Memang keadaan sekarang tidak bisa disamakan dengan era 1998. Namun alangkah lebih baik jika mahasiswa bersikap lebih peduli. Selain cerdas di kampus dalam hal intelektual, mahasiswa dituntut untuk cerdas dan kritis dalam lingkungan sosial masyarakat. Karena pada akhirnya kelak mahasiswa akan menjadi bagian dari masyarakat.
Jika pun harus ada hal yang harus diperjuangkan, tumbuhkan rasa peduli dan solidaritas dalam membela. Jika suatu saat peristiwa tahun 1998 kembali terjadi, jangan ragu untuk memperjuangkan hak-hak dan melakukan perubahan. Hidup mahasiswa!


Tidak ada komentar: