Welcome to My blog

"Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan.(Imam Syafi’i)"

Minggu, 23 Maret 2014

Flashback : Putih Abu-Abu MAN 2 Pontianak

Malam ini, ketika aku mencari sesuatu di lemari buku, tak sengaja aku melihat kumpulan berkas ketika masih di MAN 2 Pontianak. Tersenyum aku melihatnya. Membuka catatan-catatan, arsip, serta beberapa bulletin yang sempat kami terbitkan ketika kelas X dulu. Beberapa kilasan tentang perjuangan, kenangan manis, pahit masa putih abu-abu itupun terlintas.

Pertama kali masuk sekolah, awal kelas X, pagi-pagi sekali aku datang ke sekolah. Sempat merasa canggung, karena aku berasal dari MTs nun jauh disana, Singkawang. Banyak sekali para siswa membuat kelompok-kelompok sendiri, berbincang-bincang. Sudah ku kira, mereka berkelompok karena berasal dari MTs atau SMP yang sama di Pontianak. Ku buang kecanggungan itu dan langsung jadi “buntut” dari sebuah kelompok yang aku hampiri, kebetulan adalah kelompok siswi dari MTsN 2 Pontianak.

Seiring berjalannya waktu, banyak teman baru yang aku kenal. Dari yang kalem, malu-malu, pandai bicara, ribut, sampai yang agak “aneh”. Guru-guru yang mengajar juga punya ciri khas masing-masing, mulai dari logat bicara sampai ciri fisik, seperti kumis yang me”legenda” misalnya. Hehe. .

Tapi dari beberapa guru, ada guru yang paling berkesan. Karena beliau lah, aku pindah haluan ketika pemilihan jurusan. Dari IPA ke IPS. Terlalu panjang jika aku ceritakan mengapa demikian (mungkin akan ku ceritakan di edisi khusus), singkat cerita, aku merasa terzalimi (bahasanya. . . :D ), guru itu tidak adil dalam memberi nilai ketika ulangan harian (catet, hanya karena ulangan harian) dan selalu meremehkanku di mata pelajarannya (salah satu pelajaran IPA).  Padahal tiap semester aku selalu meraih peringkat ke-3 di kelas XE dan aku selalu aktif dikelas. 

Sampai saat ini, ketika mengingat hal itu ada sedikit perasaan kesal karena ketidak adilan itu, tapi juga ada ucapan terima kasih terhadap guru itu. Salah satu alasan mengapa aku memilh IPS adalah karena menghindari guru tersebut.

Seru ketika kelas X, yaitu saat pertama kali aku mengenal organisasi. Aku ikut paskibra sekolah (walaupun tinggi ga nyampe 160cm, hehe. .), ikut FSRM yaitu rohis di MAN 2 Pontianak, ikut Remaja Mujahidin dan Buletin MAN 2 Pontianak (Luqman el-Hakim, nama buletinnya). Lucu sekali ketika awal masuk organisasi, karena pengalamanku satu-satunya hanya ikut Pramuka ketika MTs.  Aku sangat pemalu, tidak bisa banyak bicara dan sangat “ordinary people” alias low profile alias siswa tak terlihat (banyak banget aliasnya?).
Pengurus Ikhwan FSRM dan Bulletin
Ini sama teman-teman FSRM dan Bulletin
Akhwat

Melalui organisasi itulah aku mulai belajar untuk bekerja sama, walaupun masih belum tanggap dan masih pemaluuuu banget kalau mau ngomong. Salah satunya cerita ketika di Paskibra, aku belajar tentang kedisiplinan, ketegasan dan kepemimpinan. Belajar tentang kekompakan, perjuangan ketika akan LTUB dan LKBB. Alhamdulillah, tim kami pernah meraih juara 1 LTUB  dan juara 3 LKBB pada tahun 2009.


Ketika LKBB. Aku yang mana hayo?

Selain belajar tentang kedisipilinan, menurutku juga belajar tentang mencintai negara dan menghargai nilai-nilai bangsa. Suasana benar-benar terasa ketika lomba LTUB. Saat itu aku sendiri sebagai dirijen (itu lho, yang mengayun-ayunkan tangan saat lagu dinyanyikan). Untuk pertama kalinya aku merinding dan kaki ku bergetar mendengar lagu Indonesia Raya. Dan suasana yang mengharukan ketika kami dikukuhkan sebagai Paskibra MAN 2 Pontianak angkatan 14. Letih dan perjuangan yang berat, karena satu tahun di paskibra kami baru resmi dikukuhkan.
 



  Walaupun terlihat pemalu dan pendiam, bukan berarti aku tak pernah melakukan kesalahan. Seperti makan di kantin setiap hari Sabtu jam 08.00 pagi ketika jam pelajaran berlangsung (hanya pas kelas X kok), terlambat 2 kali dan ada juga acara nyontek yang nyaris ketauan akibat teman-teman sekitar bangku yang grasak-grusuk berebut jawaban. Aku hampir tertawa mengingat hal itu, saat guru mulai curiga, menghampiri kami yang duduk di pojok belakang dan memeriksa bangku kami. Nafas tertahan, keringat mengalir dan jantung berdegup kencang. Ckckck. . . cukup cerita tentang kesalahan. Aku sudah tobat. 

Ketika kelas XI, aku resmi jadi siswa jurusan IPS. Hal-hal yang berat mulai terasa ketika aku dilantik sebagai ketua OSIS periode 2009-2010. Jika aku di IPA, mungkin yang aku lakukan pada saat itu hanya untuk belajar, belajar dan belajar, lalu mengesampingkan organisasi sejauh-jauhnya. Itulah mengapa aku mengucapkan terima kasih pada guru yang tidak adil itu, karena beliau aku mendapat segudang pengalaman ketika aku berada di jurusan IPS. Yang tadinya sangat pemalu, jadi lebih sosialis dan supel.

Cerita ketika menjadi Ketua OSIS, ketika perhitungan suara diumumkan seantero MAN 2 pada saat jam istirahat kedua, aku berhasil meraih 265 suara. Sedangkan kandidat lainnya masing-masing berjumlah 84 dan 168 suara. Aku bersyukur, senang pada saat itu karena memenangkan kepercayaan sebagian dari siswa MAN 2. 

Perjuangan itu dimulai ketika menjalankan progja. Jika benar-benar kelelahan, aku mengeluh dan menangis. Ketika pihak sekolah tidak sejalan dengan kegiatan OSIS yang sudah kami rancang jauh-jauh hari, aku kembali menangis kesal. Setiap classmeeting dan pensi, pergi pagi pulang sore. Sempat juga dimarahi ortu karena pulang malam menjelang pukul 23.30, itu karena ikut rapat persiapan reuni akbar bersama alumni. Pernah terlintas ingin menyerah, tapi mama dan abah senantiasa menguatkanku. Disinilah aku belajar dewasa untuk menghadapi masalah, belajar tentang kemandirian dan mengambil keputusan.
sambil nunggu, eksis dulu. .


Buat spanduk anak2 OSIS, MPK & KIR
Selain OSIS, tak lupa cerita tentang teman-teman. Ketika sedang berat-beratnya menjalankan tanggung jawab sebagai Ketua OSIS dan segudang masalahnya, aku sempat tertekan karena menjadi bahan gunjingan, olokan dan gosip teman-teman satu angkatan. Beberapa kali dipanggil guru BK dan jadi dimusuhi salah satu teman dekatku. Semua itu karena salah seorang siswi dan objek “kesalahan”nya adalah aku. “Heyy, aku korban. Mengapa jadi seperti ini?” protesku pada saat itu.

 Pernah karena aku tidak tahan lagi dengan ejekan itu. Ketika pulang sekolah, baru keluar dari gerbang, aku mendengar ejekan itu. Segera aku turun dari motorku dan menghampiri orang yang mengejek ku. Lalu aku berkata dengan keras, “Maksud kau ape ngolok-ngolok kayak gitu?! Sekali agik aku dengar kau ngolok aku kayak gitu, liat jak nanti pembalasan aku!” Nyaris berkelahi, dan menjadi tontonan siswa yang baru keluar dari sekolah. Ia terdiam dan aku pulang dengan cuek sambil menahan jengkel. Kalau saja aku tidak sabar, mungkin sudah aku dorong ia ke comberan atau kali yang ada tepat di belakangnya.

Mungkin kalian tidak akan mengerti apa masalah sebenarnya, tapi ini salah satu kenangan pahit selama aku di MAN 2. Kok jadi melankolis gini ya? 

Lanjuut. . . masih di kelas XI. Akhir semester genap, nilai-nilai ulangan harian meluncur berjatuhan. Aku kelelahan. Tapi Alhamdulillah, selama kelas XI meraih juara 1 walaupun terseok-seok untuk menggapainya.

Kelas XII, tahun terakhir masa putih abu-abu. Masa-masa ini aku habiskan untuk lebih dekat dengan teman-temanku. Soalnya selama di OSIS, aku jadi ngerasa sibuk sendiri dan kurang memperhatikan teman. Biasanya kan, kalau cewek-cewek itu suka ngelompok alias geng-gengan gitu. Aku? Sebenarnya sempat iri, karena kalau punya geng, selalu ada teman curhat dan kemana-mana ada teman. Aku sempat merasa jadi makhluk individualis. Pernah adik kelas bertanya, “Siapa teman dekat kakak? Aku ngeliat kakak suka jalan sendirian.”

Aku melongo mendengar perkataannya.  Nah, lho. . . Sebenarnya teman-teman tetap ada, hanya ga selalu bersama kayak cewek-cewek yang bergeng-geng itu.

Kelas XII lebih fokus ke belajar aja, maklum, mau menghadapi UN. Yang terkenang adalah ketika kami kelas XII merencanakan membentuk perkusi dan membuat baju batik angkatan untuk acara perpisahan. Karena kami kompak tidak mau pakai kebaya ketika perpisahan, maka kami bekerja sama untuk buat baju batik angkatan. Walaupun terdengar biasa, bagiku itu pengalaman luar biasa. Karena belum pernah dilakukan oleh angkatan-angkatan sebelumnya dan sampai tulisan ini dibuat belum ada lagi yang buat baju seangkatan yang “seluruhnya ditangani oleh siswa tanpa campur tangan pihak sekolah” seperti itu. Kami seperti memenangkan tender atau proyek besar (hahaha, lebay banget). Menangani baju siswa yang jumlahnya sekitar 170, bukan hal yang mudah bagi kami. Belum lagi kalau baju kekecilan atau kekurangan bahan, mau tidak mau harus ada yang mengalah memakai batik dengan warna berbeda.


Perpisahan angkatan 2011 @Grand Mahkota Hotel,
Foto bersama walikelas.
*lihat baju batik kami, hihi

Hari-H ketika perpisahan. “Siswa berdedikasi angkatan 2011 adalah Amanah Hijriah.”

Yahhuuuu. . . Aku naik ke atas panggung. Ada dua teman lain yang juga mendapat penghargaan. Aku menyalami kepala sekolah sambil menerima piagam penghargaan tersebut. Lalu tersenyum kaku ketika di foto didepan semua guru, siswa dan orangtua siswa. Lagi-lagi malu dan grogi. Hihi. . . #kali ini foto sengaja tidak ditampilkan.

Di lain hari setelah perpisahan, pada saat pengambilan SKHU, ucapan selamat datang dari teman-teman dan beberapa guru. Alhamdulillah, lagi dan lagi. Aku diterima jalur undangan (tanpa tes) masuk perguruan tinggi negeri yang aku pilih.

Dan disinilah aku, seorang mahasiswi jurusan Akuntansi angkatan 2011.
Cerita kuliah. Beda lagi. Inilah singkat cerita, flashback ketika masa putih abu-abu. . .
Aku rindu masa itu. But, life must go on.

Apa yang dilakukan sekarang adalah cerminan jadi apa di masa depan nanti.

Tidak ada komentar: