Suatu hari, aku pernah
berharap sesuatu & itu bagian dari impian ku semasa kuliah.
Aku tuliskan satu per satu,
Aku uraikan langkah-langkah
menuju tujuan itu.
Aku sebutkan kepada mereka
yang terdekat,
agar doa mereka menyertai
usahaku.
Aku ingin jadi yang terpilih.
Aku telah berusaha,
Aku telah berdoa,
Aku telah bersungguh-sungguh,
Keinginan itu begitu meluap.
Sampai suatu ketika,
Aku tau mereka tidak
memilihku.
Tidak memilih KAMI, karena
aku tau bahwa cita-cita itu milik KAMI.
Bukan aku seorang.
Aku marah, kecewa pada mereka
yang mengkhianati kami.
Ia, seorang yang dekat
denganku, bercerita tentang dirinya.
Bercerita tentang pengalaman
dirinya.
Ia yang terpilih, padahal ia
tidak meminta.
Aku mendengarkannya,
tersenyum, getir.
Aku terdiam setelah ia berlalu,
&
Ku adukan tangisku pada
sahabatku, tentang ketidak adilan itu.
Pahit, & sakit!
Aku menghela nafas,
“Sudahlah, mungkin ini bukan
jalannya. Pasti ada pengalaman lain yang lebih berharga disini daripada
menggapai tujuan ku itu. Wahai hati, tolong ikhlaskan apa yang terjadi. Ini
bukan salahku, tapi memang belum saatnya aku terpilih. Dia pasti punya rencana
lain.”
“Tuhan, beberapa waktu telah
berlalu. Aku telah memilih jalan lain. Aku telah mengusahakan untuk itu, dengan
segenap tenaga, pikiran, waktu, serta doa yang tak habis-habisnya ku panjatkan
melalui lisanku, serta ridha kedua orangtua ku kepada-Mu. Untuk kali ini,
ijinkan berikanlah kesempatan itu padaku Ya Allah..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar