Welcome to My blog

"Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan.(Imam Syafi’i)"

Jumat, 01 Mei 2015

Bukan Tentang Jubah dan Toga Wisuda


Oleh : Amanah Hijriah

Entah sejak kapan tekad yang “tidak penting” ini dimulai. Ku rasa sejak aku melihat banyak orang-orang berseliweran memakai jubah hitam dengan topi bertali di kepalanya.


“Aku tidak ingin mengenakannya jika belum saatnya, aku tidak ingin mengenakannya jika itu bukan perjuanganku. Aku hanya ingin memiliki dan mengenakannya atas usahaku sendiri, jerih payahku dan memang waktu ku.”

Beberapa kali aku sempat ditawari untuk mengenakan benda itu dengan iming-iming, “ayolah, supaya kau lebih semangat.” Sebenarnya ada rasa penasaran, bagaimana rupaku? Pantaskah? Ku tahan keinginan ku.  Jika orang menjadi lebih semangat karena telah mengenakan benda itu, lain halnya dengan ku. Tidak berlaku.

Kini kawan, 3 tahun 7 bulan telah berlalu sejak aku tercatat menjadi salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi di Universitas negeri. Hari ini aku meraih gelar Sarjana Ekonomi atau yang disingkat SE, tepat dihari Jumat. Banyak hal yang ingin ku ceritakan, bukan hanya tentang benda yang disebut “Jubah dan Toga Wisuda”, tapi juga berbagai pertanyaan besar dan kisah yang “tidak penting”, tapi menjadi sangat penting bagi sang aktor (dalam hal ini aktris) yakni, diriku sendiri. 



Awal bulan kedua di semester 7, sudah 5 judul yang ku buat. Ancang-ancang jika saja judul pertama tidak diterima, aku masih punya judul lainnya. Dengan semangat ’45 aku dan sahabat ku konsultasi dengan dosen pembimbing (dosbing) yang sama, tentu saja dengan judul dan bidang akuntansi yang berbeda.

Aku dan sahabatku, selalu berjalan beriringan. Saling menyemangati, ke perpustakaan dan kebut-kebutan mengerjakan BAB 1-3 demi seminar lebih awal. Akhirnya seminarnya juga, walaupun waktu kami berbeda.

Yang namanya mengerjakan tugas akhir atau S-K-R-I-P-S-I, siapa sih yang tak pernah penat atau jenuh? Di tambah lagi, aku ikut kursus bahasa, mengerjakan tugas kuliah dan sempat-sempatnya sakit selama 3 minggu. Alhasil, “benda keramat” itu tak ku sentuh berminggu-minggu.

Sampai suatu hari, ketika aku konsultasi ke dosbing, beliau bilang “kamu harus selesai dibulan April, jika tidak maka seminar ulang. Memang begitu aturan sekarang”.

Bagai disadarkan dari mimpi yang panjang, ku garap BAB 4-5 dalam waktu 1 bulan. Bolak balik konsultasi, mau pagi, siang, bahkan malam. Menunggu berjam-jam adalah kerjaan mahasiswa tingkat akhir, kini aku paham bagaimana rasanya menunggu dosen. Cemas, berharap dan bimbang apakah benar apa yang sudah di tulis.

Selang beberapa waktu, yang di tunggu dengan sabar akhirnya datang juga masanya. Yaitu, ACC dosbing utama untuk sidang. Uuuu yey..! Belajar belum, berkas sidang pun belum lengkap. Seminggu, dari pagi sampai siang, kadang pun sampai sore demi mengurus berkas syarat sidang.

(Karena cerita terlalu panjang dan khawatir pembaca bosan, skip saja cerita ketika sidang. Karena kawan-kawan pun pasti pernah atau akan merasakan hal yang sama, yaitu penyakit nervous.)

Euforia setelah ujian sidang hanya berlangsung selama 4 hari, karena pada hari ke-5 aku mulai menjalani pelatihan bahasa selama sebulan. Full setiap pagi dari senin-jum’at. Ditambah dua kursus lainnya.

Awalnya enjoy saja menjalani semuanya, tapi lama kelamaan mulai galau. Dibayangi dengan berbagai pertanyaan.

“Akan jadi apa aku kemudian?”

“Dimana aku tahun depan?”

“Apa yang harus ku lakukan sekarang?”

Kawan, kursus kesana kemari adalah upaya ku untuk membunuh rasa bosan dan bingung atas pertanyaan ku sendiri. Namun bukan berarti aku tak tau kemana tujuan ku setelah ini. Yang ku jalani adalah bagian dari proses panjang untuk tujuan ku selanjutnya. Kadang enjoy, kadang mulai galau, kadang merasa tak berarti, kadang senang, kadang penat, kadang bersemangat, kadang. . . (kebanyakan kadang) :D

Jujur saja, aku tidak ingin segera mendamparkan diriku diperusahaan-perusahaan, kantor-kantor atau dimana saja yang intinya, BEKERJA TETAP, TERIKAT KONTRAK dan DUDUK DIDEPAN LAYAR KOMPUTER. Kesenanganku adalah belajar dan duduk dikelas, walaupun aku tau persis bahwa aku bukan orang yang begitu rajin.

Oleh karena itu, disinilah aku. Masih bergelut dalam berbagai pertanyaan dan baru beberapa langkah diatas “jembatan penyebrangan”. Rasanya ingin berlari saja, namun segala sesuatu tidak ada yang instan.

Mereka yang belum menyelesaikan studinya berkata, “Senangnya yang sudah selesai,” atau “Kamu enak ya sudah selesai, aku belum nih, (bla-bla-bla, berkeluh kesah tentang hambatan yang dia alami)” atau “Aku ingin cepat-cepat selesai, stress kelamaan kuliah”.

Bukannya sinis, namun ketika sudah menyelesaikan studi, tekanan yang kau hadapi malah semakin besar, kawan. Jangan senang terlalu lama, dan juga jangan terlalu lama dalam tekanan yang sama. Paham maksud ku?

Pasti paham, karena kau sudah atau nanti juga akan merasakannya. :)